Minggu, 18 Oktober 2015

Dialog di Padang Mahsyar

Dialog di Padang Mahsyar.

Tema ; Tertib, Aman dan Selamat Bersepeda Motor di Jalan
Diakhir zaman atau lebih dikenal di Padang Mashar semua orang dikumpulkan untuk dihitung amal kebaikan dan amal keburukannya atau pahala dan dosanya. Sebagian yang sudah nyata-nyata lebih banyak dosa dari pahalanya sudah mendapat buku catatan berwarna merah yang berarti masuk neraka. Sebagian lagi mendapat buku catatan berwarni hijau yang berarti lebih banyak pahala dari pada dosanya alias masuk surga. Namun ada sebagian yang belum mendapatkan buku catatan karena ketika akan diberikan buku catatan berwarna merah mereka menolaknya. Mereka ini merasa jauh lebih banyak pahalanya dari pada dosanya bahkan mereka merasa tak berdosa sama sekali karena selama ini mereka rajin beribadah dan membaca kitab suci serta menjalankannya. Apalagi ketika mereka tahu sebagian yang dapat buku catatan berwarna hijau pernah mereka ajari membaca kitab suci dan mereka beri ceramah, sebagian lagi merasa lebih banyak bersedekah dibandingkan dari sebagian yang sudah masuk surga atau menerima buku catatan berwarna hijau. Bahkan ada satu Orang merasa pernah mendirikan rumah ibadah dan memberi makan serta biaya pendidikan anak yatim sehingga sangat yakin akan masuk surga.
Beberapa orang ini ketika akan diberikan malaikat buku catatan berwarna merah langsung menolak tidak terima dan mengira ini pasti ada kesalahan.
“Arif bin Fulan ini buku catatanmu selama di dunia!” Kata Malaikat memanggil Arif.
“Malaikat, ini pasti keliru saya tidak mungkin masuk neraka karena saya ini dari kecil sudah jadi santri lalu setelah dewasa jadi mubaligh dan ustadz. Justru saya banyak mengajak Orang- Orang menjadi Orang yang taat kepada Tuhan!”. Bantah Arif dan tidak mau menerima buku catatannya.
“Kami para malaikat tidak mungkin salah atau lupa karena kami selalu menulis apa saja yang engkau perbuat selama di dunia langsung saat engkau berbuat.” Jawab Malaikat lagi
“Baiklah tapi tolong diklarifikasi apa dosa dan kesalahan saya.” Balas Arif.
“Sebenarnya kamu memang harusnya menerima buku catatan berwarna hijau, tetapi ada beberapa kesalahan yang kamu lakukan waktu di dunia yang tidak pernah kamu sadari krena kamu selalu merasa benar. Maka sementara waktu peganglah buku catatan warna merah dulu.” Kata Malaikat lagi.
“Apa kesalahan saya itu wahai Malaikat? Saya merasa tidak pernah berbuat dosa?” jawab Arif.
“Kesalahan kamu adalah kalau mengendarai mobil mewahmu selalu di jalur kanan padahal kamu pelan sehingga banyak pengendara lain yang ketinggalan sholatnya karena terlambat sampai di masjid untuk sholat. Kalau kamu berkendaraan di jalur kiri dan beri dia jalan maka dia bisa sholat dan tidak ketinggalan sholat” jawab Malaikat.
“Lha saya kan tidak tahu apa saja keperluan Orang-Orang yang berkendaran yang sebanyak itu? Dan lagian itukan cuma kesalahan kecil” Sanggah Arif lagi.
“Menurut kamu kecil tapi itu bertahun-tahun kamu lakukan dan banyak Orang sudah terhalang berbuat baik dan mengerjakan perintah Tuhan karena kebiasaan buruk kamu itu. Harusnya sebagai Ustadz kamu menjadi teladan buat masyarakat banyak, termasuk harus memakai helm kalau naik sepeda motor walaupun kamu memakai sarung dan sorban” Jelas Malaikat lagi.
“Tapi  tentang itu tidak ada dalam al quran wahai Malaikat!” jawab Arif lagi sepertinya belum bisa terima.
“Kamu baca lagi surat Annisa ayat 59 bahwa semua umat wajib patuh kepada umaro atau pemerintah termasuk aturannya selama tidak bertentangan dengan aturan Tuhan.” Jawab Malaikat.
“Selain itu aturan mana lagi wahai Malaikat?” tanya Arif lagi karena penasaran
“Kamu baca hadist yang artinya ;
“Barang siapa yang dapat menginspirasi orang lain berbuat baik maka orang tersebut akan mendapat pahala dari perbuatan baik orang lain tersebut tanpa mengurangi pahala dari orang yang berbuat baik tersebut. sebaliknya juga begitu yaitu barang siapa yang menginspirasi atau menyebabkan orang lain berbuat jahat atau dosa maka orang tersebut juga akan mendapat dosa dari perbuatan dosa orang lain tersebut.” Jelas Malaikat lagi.
“Baiklah wahai Malaikat, saya menyesal karena dulu tidak peduli dengan urusan Orang lain apalagi di jalanan. Berapa lama saya memegang buku catatan warna merah ini dan kapan diganti buku catatan warna hijau?” tanya Arif.
“Kira-kira satu tahun sampai kamu benar-benar menyesal atas perbuatan kamu.” Jawab Malaikat.
Setelah Arif bisa menerima konsekwensi atas perbuatanya di dunia maka Malaikat melanjutkan memanggil Budi.
“Budi bin Fulan, ini buku catatanmu! Panggil Malaikat
“Kenapa saya menerima buku catatan warna merah juga wahai Malaikat? Padahal saya masih muda sudah meninggal karena kecelakaan dan saya belum sempat berbuat dosa kecuali berbuat baik dan beribadah saja?” Protes Budi
“Iya, karena kamu mengendari sepeda motor melawan arus lalu tabrakan yang mengakibatkan kamu meninggal begitu juga pengendara sepeda motor yang kamu tabrak. Akibatnya anak-anak dari pengendara sepeda motor yang kamu tabrak tersebut menjadi anak yatim lalu hidup empat Orang anak yatim tersebut jadi sengsara.” Jelas Malaikat.
“Lha kan saya juga meninggal wahai Malaikat? Jadi impaskan?“ bantah Budi lagi.
“Bukan impas, justru kamu lah yang menyebabkan kecelakaan tersebut sehingga Orang yang kamu tabrak tersebut justru sekarang sudah masuk surga karena disamping amal ibadahnya banyak. Ditambah dengan meninggal karena kamu tabrak tersebut dia termasuk kamu bunuh lewat kecelakaan sehingga dosanya dihapus Tuhan.” Jelas Malaikat lagi.
“Saya sangat menyelas wahai Malaikat, padahal saya hanya ikut-ikutan saja karena melihat Orang berkendaraan melawan harus lebih cepat sampai maka saya coba juga.” Sesal Budi.
“Justru hidup tidak boleh ikut-ikutan karena Tuhan sudah memberikan tuntunan hidup dari Kitab suci yang tidak pernah salah dan selalu sesuai dengan semua zaman.” jelas Malaikat lagi
“Jadi berapa lama saya harus memegang buku catatan warna merah ini baru diganti menjadi berwana hijau wahai Malaikat?” tanya Budi.
“Kira-kira dua puluh tahun.” Jawab malaikat
“Lho kenapa lama sekali?” Protes Budi
“Hampir sama dengan hukuman Orang menyebabkan Orang lain meninggal duniakan?” jawab Malaikat lagi.
“Baiklah wahai Malaikat, saya sangat menyesal sekali.” Jawab Budi penuh penyesalan.  
Berikutnya Malaikat memanggil seorang lagi yang juga tidak mau meneriman catatan berwarna merah karena merasa sangat yakin akan masuk surga.
“Condro bin Fulan, ini buku catatan kamu! Panggil Malaikat
“Saya juga protes wahai Malaikat. Karena saya merasa amal ibadah dan amal kebaikan saya jauh lebih banyak dari dosa dan keburukan saya, malah saya merasa belum pernah dengan sengaja berbuat dosa atau melalaikan perintah Tuhan.” Jelas Condro
“Ya catatan kebaikan kamu memang bagus, malah kamu anak yang sangat berbakti kepada kedua orang tuamu serta jadi teladan buat adik-adik kamu.” Jelas Malaikat.
“Lha kalau begitu seharusnya saya langsung menerima buku cacatan warna hijau dong? Apalagi kata ajaran ustadz saya Surga itu dibawah telapak kaki ibu dan saya sangat sayang serta berbakti kepada Ibu.” Jawab Condro lagi.
“Iya tapi karena kebiasaan kamu ada orang yang seharusnya bisa diselamatkan dan bisa cepat sampai di rumah sakit jadi tidak bisa diselamatkan gara-gara kamu.” Jelas Malaikat lagi.
“Saya merasa tidak pernah menghambat ambulan yang membawa Orang sakit wahai Malaikat.” Sanggah Condro.
“Menghambat secara langsung memang tidak pernah, tetapi karena kamu sering pakirkan sepeda motor kamu di tengah jalan underpass waktu berteduh dari hujan sehingga jalanan jadi macet. Dari catatan saya beberapa kali ambulan yang sedang membawa orang sakit terlambat sampai di unit gawat darurat Rumah sakit gara-gara tindakan kamu dan teman-teman kamu parkir ditengah jalan tersebut.” Jelas Malaikat.
“Saya benar-benar menyesal wahai Malaikat, saya tidak tahu bahwa ada Orang yang bisa celaka dan tidak dapat diselamatkan gara-gara hal sepele tersebut.” Sesal Condro dengan sedih.
“Justru karena itu maka buku catatan kamu harus kami beri buku merah dulu, sampai kamu selesai menjalankan hukuman akibat keteledoran kamu di dunia dulu itu.” Jawab Malaikat lagi.
“Berapa lama buku catatan saya diganti dengan buku catatan berwarna hijau wahai Malaikat?” tanya Condro.
“Sepuluh tahun baru kami ganti dengan buku catatan berwarna hijau, sama seperti hukuman di dunia Orang-Orang yang akibat kelalaiannya Orang meninggal dunia.” Jelas Malaikat lagi.
“Padahal kalau saya tidak pernah parkir di tengah jalan sewaktu hujan dan berteduh, saya akan langsung masuk surga ya wahai Malaikat? Tanya Condro.
“Benar sekali.” Jawab Malaikat.
“Saya benar-benar menyesal wahai Malaikat, padahal waktu itu saya bisa parkir dipinggir. Kenapa saya jadi ikutan Orang-Orang yang parkir ditengah jalan itu? Kembali Condro menyesali dirinya.
“Sesal memang datangnya kemudian Condro, makanya ketika di dunia dulu kamu harusnya banyak introspeksi diri sehingga tidak merasa benar saja.” jelas Malaikat lagi.
Dengan tertunduk sedih Condro akhirnya menerima buku catatan berwarna merah tersebut.
Lalu Malaikat memanggil Orang keempat yang tidak mau menerima begitu saja buku catatannya berwarna merah tersebut.
“Dandi bin Fulan, ini buku catatan kamu!” panggil Malaikat kepada Dandi.
“Wahai Malaikat, kenapa buku catatan saya berwarna merah? Padahal saya meninggal usia muda dan belum banyak berbuat dosa bahkan bercita-cita ingin menjadi jenderal yang baik dan taat beragama. Saya ingin jadi jenderal yang baik yang jujur dan jadi teladan banyak Orang seperti jendral Hoegeng tapi tidak kesampaian.” Protes Dandi.
“Memang niat baik kamu sudah kami catat sebagai amal kebaikan, tetapi waktu muda tersebut kamu sering menerobos lampu merah dan menerobos jalur bus way lalu ditangkap polisi.” Jelas Malaikat.
“Lalu apa salah dan dosa saya wahai Malaikat? Tidak satupun perintah Tuhan yang saya abaikan dan tidak satupun larangan Tuhan yang saya kerjakan.” Sanggah Dandi.
“Iya waktu kamu menerobos lampu merah dan menerobos jalur busway lalu kamu di setop oleh polisi kamu selalu menyuap polisi kan? “ tanya Malaikat.
“Benar wahai malaikat, tapi apa salahnya? Kan sama-sama suka dan dari pada merepotkan serta  membuang waktu harus sidang pelanggaran lalu lintas, saya tidak ada waktu.” Jelas Dandi.
“Pertama kesalahan kamu adalah memberi suap atau uang yang haram kepada petugas polisi tersebut padahal seharusnya polisi tersebut bisa memberikan anak istrinya dengan uang halal. Kedua kamu bercita-cita menjadi jenderal yang jujur tetapi kamu sudah memulainya dengan perbuatan tidak jujur. Ketiga kamu meninggal karena kecelakaan akibat menerobos lampu merah itu sama hukumannya dengan orang yang mati bunuh diri karena sudah tahu berbahaya tapi kamu tempuh juga.” Jelas Malaikat.
“Wah kok separah itu akibatnya wahai Malaikat? Tanya Dandi
“Memang iya, bahkan sopir yang menabrak kamu sampai meninggal tersebut masuk penjara dan anak istrinya jadi sengsara karena tidak ada yang memberi nafkah mereka.” Jelas Malaikat lagi.
“Kenapa Sopir itu masuk penjara Malaikat? Kan saya yang salah? Kalau saya tidak meninggal karena kecelakaan tersebut maka saya akan bela sopir truk tersebut.” Jelas Dandi lagi
“Ya begitulah hukum dunia tidak ada yang benar-benar adil” jelas Malaikat lagi.
“Kenapa saya tidak diberi kesempatan berusia panjang dan jadi jenderal yang baik kayak pak Hoegeng wahai Malaikat? Tanya Dandi lagi.
“Kamu tidak mungkin jadi jenderal yang baik dan jujur karena hari-hari kamu sering dimarahin dan ditangkap oleh kopral polisi anak buahnya pak Hoegeng.” Jelas Malaikat lagi.
“Saya benar-benar menyesal wahai Malaikat.” Sesal Dandi lagi
“Simpanlah sesal kamu itu sepuluh tahun sampai buku catatan kamu nanti kami ganti dengan buku catatan berwarna hijau.” Kata Malaikat lagi.
Dengan saling berpandangan dan penyesalan yang dalam Arif, Budi, Condro dan Dandi melangkah sambil memegang buku catatan berwarna merah menuju neraka. Malaikatpun melihat dengan sedih Orang-Orang yang sangat yakin langsung masuk surga tersebut jalan sambil tertunduk penuh arti sambil berkata.
“Makanya seharusnya waktu di dunia kalian lebih banyak menghindar dari keburukan dan dosa karena Tuhan memerintahkan untuk mendahulukan atau prioritaskan menghindar dari kejehatan dan dosa”

Selamat menikmat
Jakarta, 18 Oktober 2015



Dedi Mahardi

Rabu, 14 Oktober 2015

Buku Integritas bangsaku~ dulu, kini dan nanti Segera terbit oleh Elexmedia Gramedia

"Memotong satu generasi untuk membuat bangsa ini lebih baik sepertinya bukan solusi karena banyak generasi mudah sudah terkontaminasi. Yang dapat dilakukan adalah melahirkan dan membangun Character integrity dengan cara :

1.Selalu ingat Tuhan dan tujuan hidup di dunia yang sementara.
2.Tanggung jawab setiap orang tua kepada Tuhan untuk menjadikan anaknya selain sukses juga berkarakter dan berintegritas atau taat dengan cara memberikan keteladanan.
3.Berusaha selalu jujur pada diri sendiri, kepada Tuhan dan kepada Orang lain.
4.Berusaha lebih banyak berbuat dari pada bicara dan lempar wacana terutama pemimpinnya.
5.Memasyarkatkan hidup bermasyarakat yang lebih bangga dan bahagia dengan sederhana dari pada kaya tapi diragukan asal kekayaannya.
6.Berusaha selalu membela kebenaran dan tidak mendiamkan kezaliman.
7.Selalu berusaha bermanfaat buat orang lain karena kecurangan sering muncul akibat egois mencari keuntungan sendiri. Gunakan filosofi pohon pisang yang berpantang mati sebelum berbuah walau ditebas berkali-kali"

Demikian...terima kasih


best Regard



dedi mahardi

Senin, 14 September 2015

Seminar budaya dan peran tokoh minang bersama guru besar UKM Malaysia

Restorasi Kultur Minangkabau












O
L
E
H

Dedi Mahardi                     
dedimahardi@gmail.com-081281226622






Latar Belakang ;

  1. Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah artinya adat yang didasari oleh syariat agama islam dengan pedoman al quran dan hadist. Adat dibagi 4 yaitu ;
a.      Adat nan sabana Adat yaitu adat asli yang tak lapuk dek paneh dan tak lakang dek hujan.
b.      Adat nan diadatkan, seperti undang2 luhak  atau ketentuan.
c.       Adat nan diadatkan,  aturan dan kebiasaan yang lahir dari hasil mufakat.
d.      Adat istiadat, kebiasaan yang berlaku di masyarakat
Seharusnya semua orang minang punya cita-cita hidup bahagia di dunia dan kelak meninggal masuk surga. Tapi kenyataan sekarang kebanyakan orang minang hanya mementingkan materi dan lebih menghargai yang kaya tanpa melihat kaya dari mana. Beda dengan dulu orang merasa malu ketika memakai sesuatu dari hasil jual pusaka padahal itu tidak haram karena penggunaan harta pusaka betul untuk hal yang emergency.
  1. Makin berkurangnya prosentase tokoh asal Minang dalam percaturan nasional padahal agama islam mengajarkan bahwa orang yang hari ini tidak lebih baik dari kemarin termasuk golongan merugi.(berlomba memperbaiki diri dan generasi).
  2. Pak Azwar Anas pada acara budaya di univ.Sahid Jakarta bbrp waktu lalu mengatakan bahwa beliau didatangi oleh seorang jenderal bintang 4 aktif dan menanyakan “Mana generasi muda Minang yang bisa diorbitkan ke tingkat nasional karena menurut beliau negeri ini butuh pemimpin sekeliber bung Hatta, Bung Syahrir, Tan Malaka, Buya Hamka dan lain-lain?”
  3. Pernyataan begawan ekonomi Prof Sumitro dan Sri Sultan Hamengku Bowono IX bahwa jika ingin belajar berdemokrasi belajarlah dengan orang Minang.”tagak samo tinggi, duduk samo randah”. Ingin memajukan ekonomi belajarlah dari orang Minang begitu juga jika ingin belajar berdiplomasi “Iyokan nan diurang laluan nan diawak” artinya sama-sama merasa menang bukannya membohongi.
  4. Kenyataan kurangnya sumber daya alam Minangkabau yang produktif harus diimbangi dengan kelebihan sumber daya manusia yang produktif dan kreatif (dibanding propinsi lain)
Tujuan ;
  1. Menggali kembali nilai-nilai budaya Minang yang menjadi keunggulan atau strength dalam kompetisi mencapai hidup bahagia didunia serta kelak meninggal masuk surga.
  2. Menggali nilai-nilai kultur Minang yang melekat pada tokoh-tokoh Minangkabau yang menonjol pada masa perjuangan kemerdekaan dan awal kemerdekaan.
  3. Mengintrospeksi lalu mengeleminasi perkembangan kultur Minang yang kurang produkti dan positif.
Kultur ;
  1. Percaya diri.
  2. Pintar dagang (mayoritas pedagang tanah abang berasal dari Minang dan rata-rata tidak butuh waktu lama untuk merubah posisi dari pesuruh menjadi juragan)
  3. Lebih menghargai pendidikan dari pada kekayaan.
  4. Mudah menyesuaikan diri dengan suku lain (dimana bumi dipijak disana langit dijunjung).
  5. Kreatif dan inovatif.
  6. Selalu merasa bisa tapi tidak bisa merasa.
  7. Gadang lagak.
  8. Karengkang.

Ulasan

Kultur.
Kultur atau budaya adalah kebiasan-kebiasan yang disepakati dan dijalankan sebagai sesuatu yang baik oleh masyarakat pada rentang waktu yang panjang. Berbeda dengan model atau tren ditengah masyarakat yang biasanya terjadi pada rentang waktu yang singkat atau periode tertentu. Jika budaya atau kultur lebih banyak dipengaruhi oleh faktor kebutuhan atau keteladanan dari internal yang dianggap baik secara bersama maka tren atau mode lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal.
Sehingga dengan demikian kultur dapat dirubah atau dimodernisasi, asalkan perubahan tersebut dikehendaki oleh sebagian besar masyarakatnya. Apalagi jika perubahan kultur tersebut disadari dan dimulai dari pemimpin atau tokoh yang jadi panutan dalam masyarakat.
Percaya Diri.
Orang Minang rata-rata memiliki sifat percaya diri yang tinggi. Sifat ini positif jika dilakukan secara terukur dan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas serta pada momen yang tepat. Percaya diri juga membuat orang optimis dan mau bekerja keras untuk mencapai apa yang diinginkannya. Namun sering percaya diri yang berlebihan menjadi salah ketika saking percaya dirinya akhirnya berbohong atau nekad asal bisa menampil diri.
Pintar Dagang
Pintar dagang ini merupakan akibat tambahan dari sejarah munculnya agama islam yang dibawa oleh saudagar Arab. Disamping mengajarkan agama, para saudagar Arab tersebut juga mengajarkan dan menjadi mitra dagang masyarakat yang didatanginya. Data hasil penelitian yang menunjukan bahwa rata-rata seorang perantau Minang tidak butuh waktu lama merubah posisi dari pesuruh menjadi juragan di tanah abang.
Lebih menghargai pendidikan dari pada kekayaan.
Orang Minang lebih mengagumi orang2 yang berpendidikan dari pada orang kaya, sehingga tokoh-tokoh Minang yang berpendidikan lebih cepat dikenal dari pada yang kaya. Semangat Seperti Prof Saldi Isra yang justru kondisi kesulitan ekonomi ketika menempuh pendidikan menjadi contoh teladan bagi orang lain untuk maju juga dalam pendidikan. Kultur ini merupakan peluang untuk menjadikan daerah ini sebagai pusat pendidikan ketrampilan dan pusat pendidikan budaya serta moral etika.
Mudah Menyesuaikan diri.
Hal ini terbukti dengan banyaknya masyarakat Minang yang merantau ke semua penjuru dunia dan belum pernah ada data atau berita yang menunjukan mereka tidak diterima ditempat perantauannya. Istilahnya bisa menari diatas buih sehingga sesulit apapun perbedaan yang ditemukan bisa menyesuaikan diri sehingga tidak ada yang tidak menerima.
Kreatif Inovatif.
Kreatif dan inovatif masyarakat Minang  muncul sebagai akibat percaya diri yang tinggi dan merasa bisa serta keinginan menonjol atau “Taimpik nak diateh, takuruang nak dilua”. Dari satu sisi sangat baik namun kadang-kadang salah kaprah menjadi licik dan mengakali orang lain. Sepertinya licik ini yang perlu dieleminasi sehingga orang bisa percaya karena kepercayaan adalah modal utama dalam pergaulan dan kompetisi.
Merasa bisa tapi tidak bisa merasa
Merasa bisa dari satu sisi sangat bagus karena akan membangun optimisme dan berjuang keras untuk mencapai sesuatu. Namun jika merasa bisa hanya bermodalkan nekad maka hasilnya akan konyol karena kelemahan dan ketidakbisaan seseorang akan lebih terlihat ketika tampil dipermukaan.  Sehingga orang yang tidak bisa tapi diam lebih terhormat dari pada orang yang tampil dan menonjol tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Artinya merasa bisa harus diimbangi dengan bisa merasakan atau mengukur kemampuan diri dan kepantasan.
Gadang Lagak.
Kata “Lagak Padang, tipu Aceh” lahirnya dari Padang dari satu sisi ada baiknya karena orang Minang jarang yang merasa minder berhadapan dengan orang lain. Namun ada kalanya jadi tidak baik ketika kebablasan tanpa melihat kenyataan dan kemampuan. Contoh pesawat baru mendarat dan belum boleh menggunakan HP, tetapi sebagaian menumpang tetap menelpon dengan isi pembicaraan cuma melagak.
Karengkang.
Karengkang adalah suatu sikap dan tindakan yang melawan tapi tidak sportif atau tidak sesuai dengan aturan. Barangkali kerana sifat karengkang inilah maka oleh nenek moyang Minangkabau dibuat hikayat batu malinkundang agar seorang anak tidak karengkang kepada ibu bapaknya.
PRRI Permesta bisa diibaratkan anak yang melawan kepada orang tua atau karengkang, tapi karengkang yang sudah diatas batas wajar.
Sejak kekalahan Pemerintahan revolusioner Republik Indonesia yang dikenal PRRI Permesta disebagian Sumatera dan Sulawesi. Maka layaknya semua bangsa yang kalah dalam perang sudah pasti terjadi penurunan kepercayaan diri dan secara psikologis tidak berani tampil dan bersaing dengan orang lain. Bahkan bangsa Jepang yang sebelumnya sangat percaya diri dengan menyerang pusat kekuatan angkatan laut Amerika di Pearl Harbour, diam bertekuk lutut ketika kota Nagasaki dan Hiroshima di bom atom oleh Amerika. Namun apa yang dilakukan oleh bangsa Jepang tidak segera ditiru oleh masyarakat Minangkabau.
Padahal kultur Minang punya kelebihan tersendiri seperti yang sering diungkapkan oleh Bagawan ekonomi Prof Sumitro dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX bahwa jika negeri ini ingin menjadi demokratis maka belajarlah demokrasi dari Minangkabau. Dan jika negeri ini ingin maju perekonomiannya maka pelajarilah cara orang Minang berdagang dan tirulah semangat membangun hidupnya orang Minang. Begitu juga dalam berdiplomasi, bahasa adat yang menggunakan kata perumpamaan dan tidak langsung membicarakan tujuan diperlukan pada saat negosiasi sehingga suasananya tidak tegang.
Apa yang dilakukan jepang setelah kalah dalam perang dunia kedua tersebut? Adalah menata kembali kehidupan bangsanya dan serta membangun kekuataan lain diluar kekuatan militer untuk mensejajarkan bahkan menonjolkan bangsanya kembali. Mereka membangun industri yang benar-benar unggul di dunia sehingga tidak ada satupun negara di dunia ini yang tidak ada produk buatan Jepangnya. Sebaliknya didalam negeri rakyat Jepang sangat mencintai produk negeri mereka bahkan sampai kepada bahan-bahan makanan mereka sangat fanatik dengan produk lokal negara mereka. Penduduk Jepang yang jika meninggal menggunakan cara agama Shinto tetapi menikah di gereja memiliki budaya yang santun dan ramah serta disiplin tinggi. Begitu juga jika kita bench mark ke negara Korea selatan yang setelah kalah perang dan belakangan merdeka dibanding indonesia. Namun sekarang menjadi negara industri yang kuat, sehingga Samsung bisa merajai elektronik dunia.
Barangkali hal ini yang seharusnya juga ditiru oleh bangsa kita khususnya menghadapi globalisasi agar negeri ini tidak hanya menjadi sasaran produsen bangsa lain.
Bapak Harun Zain ketika diangkat menjadi Gubernur Sumatera Barat.
Apa yang pertama dilakukan pak Harun panggilan akrab beliau ketika menjabat Gubernur sumatera barat? adalah mengangkat mental dan harga diri orang Minang yang baru saja terpuruk setelah kekalahan PRRI Permesta.
Langkah-langkah yang dilakukan bapak Harun Zain adalah :
  1. Mendukung penuh semua program pemerintah pusat.
  2. Mengkonsentrasikan pada pembangunan fisik Sumatera Barat.
  3. Mengadakan seminar pembangunan di Universitas Andalas.
  4. Bersama tokoh Minang pak Emil Salim dan tokoh lainnya melakukan gerakan revitalisasi perantau dan kampung halaman dengan gerakan seribu Minang (Gebu Minang).
  5. Mengadakan kolaborasi dengan suku-suku lain ditanah air dalam rangka membaurkan diri dengan cara mengangkat beberapa tokoh penting nasional dari suku lain sebagai datuk (pemangku adat).
Dan diakhir masa jabatan beliau orang Minang dapat menegakan kepala berhadapan dengan orang pusat. Terbukti setelah pak Harun jadi Gubernur, beliau dipercaya menjadi menteri dan selanjutnya tradisi mantan gubernur sumbar jadi menteri diikuti oleh Azwar anas dan Hasan Basri Durin
Sampai sampai waktu itu muncul pertanyaan terbuka ke publik dari Gubernur propinsi Aceh Ibrahim Hasan, bagaimana caranya agar setelah jadi gubernur dapat dipercaya oleh pak Harto untuk jadi menteri?

Pergeseran
Tak impiak nak diateh takuruang nak dilua
Terhimpit inginnya diatas terkurung inginya diluar.
Selama ini diartikan oleh masyarakat sebagai kelicikan dan seperti tidak mau mengakui kondisi yang sedang terjadi. Atau dalam bahasa yang lebih intelek dianggap sebagai kecerdikan orang Minang yang walau lagi dibawah atau terhimpit atau lagi terkurung tetapi merasa diluar. Yang diartikan bahwa masyarakat Minang itu lebih suka berlagak sehingga kalau lagi miskin tetapi berlagak malah kadang-kadang berbohong mengatakan sebagai orang kaya.
Makanya ada sebagian masyarakat yang jika tidak mampu pulang ke kampung naik pesawat  namun ingin diakui atau dilihat tetangganya naik pesawat caranya mereka setelah turun dari bis antar propinsi lalu naik taxi air port ke rumah.
Banyak lagi pergeseran lain yang terjadi tanpa disadari oleh masyarkat karena bergeser secara perlahan sehingga yang melakukan tidak merasakannya namun sangat dirasakan oleh orang-orang yang sekali-kali pulang kampung.
Saran.
  1. Perlu pengkajian dan gerakan kembali kepada nilai-nilai kultur Minangkabau yang sesungguhnya.
  2. Keteladanan dari pimpinan daerah semua lapisan.
  3. Pengembangan generasi muda unggulan dari Minang yang dipersiapkan untuk muncul ke tinggkat nasional bahkan internasional. Seperti cara yg dilakukan kesebelasan PSSI U-19 dengan mencari bibit unggul dari generasi remaja.
  4. Mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis karya rakyat seperti songket dan pakaian muslim dan sebagainya sehingga memiliki brand tersendiri dimata masyarakat seperti batik dan sebagainya.
  5. Mengembangkan rumah sakit ber kelas internasional dengan menonjolkan keindahan alam dan udara yang relatif bersih belum tercemar polusi.
Referensi.
  1. Buku- “Mencari & Menemukan Kembali Tan Malaka.”
  2. Buku-Attitude is Everything (Ubah sikap hidup anda maka hidup anda akan berubah) Keith Harrell.
  3. Buku-To Be Great (8 Sifat untuk Sukses) Richard St John.
  4. Buku-Tidak Semua bisa dibeli oleh Dedi Mahardi.
  5. Buku “ Messages of Act” oleh Dedi Mahardi penerbit Gramedia jkt.
  6. Buku “ Dibalik Kecewa” oleh Dedi Mahardi
  7. Buku saku “Panduan Manajemen dan Leadership” oleh Dedi Mahardi
  8. Buku “ The Power of Care” oleh Dedi Mahardi penerbit Gramedia jkt.
  9. Buku “Pelampung Emas” Dedi Mahardi

Jakarta 7 September 2015


Dedi Mahardi




Dedi Mahardi



Selasa, 10 Maret 2015

Talk Show di RRI Pro 1 FM

Talk show tentang seminar " How to Buid Character Integrity" dan novel "Pelampung Emas" di RRI Pro 1 FM pukul 5.45 wib sore nanti...semoga bermanfaat..amin yra!!

Seminar "How to Build Character Integrity" Talk Show di Bens radio Jumat 13 Maret 2015 pukul 08.00 sd 09.00 wib

Assalamualaykum wr wb.Selamat pagi..Insha Allah jumat pagi jam 08.00 sd 09.00 kami diberi kesempatan talk shom tentang seminar "How to build Character Integrity" oleh Bensradio 106,2 FM atau streaming di www.bensradio.com atau chanel indovision 512..terima mbak Molly n teman2 Bensradio..semoga bermanfaat.amin yra!! was


Minggu, 18 Januari 2015

Seminar "How to Build Character Integrity?"

Bagaimana membangun karakter berintegritas?
  1. Mulai dari anak dalam kandungan tidak diberi makan dari uang yang diragukan halalnya.
  2. Ajarkan anak menghargai dan mengutamakan  serta berani berkata jujur.
  3. Hargai pengakuan bersalah sebagai pelajaran.
  4. Tidak marah mendengar pengakuan dan penyesalan bersalah.
  5. Biasakan terbuka dengan anak, jangan sampai anak mencari informasi yang salah karena takut dan tidak bisa dapat informasi dari orang tuanya.
  6. Berikan banyak keteladan, pengertian dan kurangi ucapan menggurui.
  7. Selanjutanya dengarkan dan hadiri seminar ini