Minggu, 25 Oktober 2015
Selasa, 20 Oktober 2015
Minggu, 18 Oktober 2015
Dialog di Padang Mahsyar
Dialog di Padang Mahsyar.
Tema ; Tertib,
Aman dan Selamat Bersepeda Motor di Jalan
Diakhir zaman
atau lebih dikenal di Padang Mashar semua orang dikumpulkan untuk dihitung amal
kebaikan dan amal keburukannya atau pahala dan dosanya. Sebagian yang sudah nyata-nyata
lebih banyak dosa dari pahalanya sudah mendapat buku catatan berwarna merah
yang berarti masuk neraka. Sebagian lagi mendapat buku catatan berwarni hijau
yang berarti lebih banyak pahala dari pada dosanya alias masuk surga. Namun ada
sebagian yang belum mendapatkan buku catatan karena ketika akan diberikan buku
catatan berwarna merah mereka menolaknya. Mereka ini merasa jauh lebih banyak
pahalanya dari pada dosanya bahkan mereka merasa tak berdosa sama sekali karena
selama ini mereka rajin beribadah dan membaca kitab suci serta menjalankannya.
Apalagi ketika mereka tahu sebagian yang dapat buku catatan berwarna hijau
pernah mereka ajari membaca kitab suci dan mereka beri ceramah, sebagian lagi
merasa lebih banyak bersedekah dibandingkan dari sebagian yang sudah masuk
surga atau menerima buku catatan berwarna hijau. Bahkan ada satu Orang merasa
pernah mendirikan rumah ibadah dan memberi makan serta biaya pendidikan anak
yatim sehingga sangat yakin akan masuk surga.
Beberapa
orang ini ketika akan diberikan malaikat buku catatan berwarna merah langsung
menolak tidak terima dan mengira ini pasti ada kesalahan.
“Arif bin
Fulan ini buku catatanmu selama di dunia!” Kata Malaikat memanggil Arif.
“Malaikat,
ini pasti keliru saya tidak mungkin masuk neraka karena saya ini dari kecil
sudah jadi santri lalu setelah dewasa jadi mubaligh dan ustadz. Justru saya
banyak mengajak Orang- Orang menjadi Orang yang taat kepada Tuhan!”. Bantah
Arif dan tidak mau menerima buku catatannya.
“Kami para
malaikat tidak mungkin salah atau lupa karena kami selalu menulis apa saja yang
engkau perbuat selama di dunia langsung saat engkau berbuat.” Jawab Malaikat
lagi
“Baiklah tapi
tolong diklarifikasi apa dosa dan kesalahan saya.” Balas Arif.
“Sebenarnya
kamu memang harusnya menerima buku catatan berwarna hijau, tetapi ada beberapa
kesalahan yang kamu lakukan waktu di dunia yang tidak pernah kamu sadari krena
kamu selalu merasa benar. Maka sementara waktu peganglah buku catatan warna
merah dulu.” Kata Malaikat lagi.
“Apa
kesalahan saya itu wahai Malaikat? Saya merasa tidak pernah berbuat dosa?”
jawab Arif.
“Kesalahan
kamu adalah kalau mengendarai mobil mewahmu selalu di jalur kanan padahal kamu
pelan sehingga banyak pengendara lain yang ketinggalan sholatnya karena
terlambat sampai di masjid untuk sholat. Kalau kamu berkendaraan di jalur kiri
dan beri dia jalan maka dia bisa sholat dan tidak ketinggalan sholat” jawab
Malaikat.
“Lha saya kan
tidak tahu apa saja keperluan Orang-Orang yang berkendaran yang sebanyak itu?
Dan lagian itukan cuma kesalahan kecil” Sanggah Arif lagi.
“Menurut kamu
kecil tapi itu bertahun-tahun kamu lakukan dan banyak Orang sudah terhalang
berbuat baik dan mengerjakan perintah Tuhan karena kebiasaan buruk kamu itu.
Harusnya sebagai Ustadz kamu menjadi teladan buat masyarakat banyak, termasuk
harus memakai helm kalau naik sepeda motor walaupun kamu memakai sarung dan
sorban” Jelas Malaikat lagi.
“Tapi tentang itu tidak ada dalam al quran wahai
Malaikat!” jawab Arif lagi sepertinya belum bisa terima.
“Kamu baca
lagi surat Annisa ayat 59 bahwa semua umat wajib patuh kepada umaro atau
pemerintah termasuk aturannya selama tidak bertentangan dengan aturan Tuhan.”
Jawab Malaikat.
“Selain itu
aturan mana lagi wahai Malaikat?” tanya Arif lagi karena penasaran
“Kamu baca hadist
yang artinya ;
“Barang siapa
yang dapat menginspirasi orang lain berbuat baik maka orang tersebut akan
mendapat pahala dari perbuatan baik orang lain tersebut tanpa mengurangi pahala
dari orang yang berbuat baik tersebut. sebaliknya juga begitu yaitu barang
siapa yang menginspirasi atau menyebabkan orang lain berbuat jahat atau dosa
maka orang tersebut juga akan mendapat dosa dari perbuatan dosa orang lain
tersebut.” Jelas Malaikat lagi.
“Baiklah
wahai Malaikat, saya menyesal karena dulu tidak peduli dengan urusan Orang lain
apalagi di jalanan. Berapa lama saya memegang buku catatan warna merah ini dan
kapan diganti buku catatan warna hijau?” tanya Arif.
“Kira-kira
satu tahun sampai kamu benar-benar menyesal atas perbuatan kamu.” Jawab
Malaikat.
Setelah Arif
bisa menerima konsekwensi atas perbuatanya di dunia maka Malaikat melanjutkan memanggil
Budi.
“Budi bin
Fulan, ini buku catatanmu! Panggil Malaikat
“Kenapa saya
menerima buku catatan warna merah juga wahai Malaikat? Padahal saya masih muda
sudah meninggal karena kecelakaan dan saya belum sempat berbuat dosa kecuali
berbuat baik dan beribadah saja?” Protes Budi
“Iya, karena
kamu mengendari sepeda motor melawan arus lalu tabrakan yang mengakibatkan kamu
meninggal begitu juga pengendara sepeda motor yang kamu tabrak. Akibatnya
anak-anak dari pengendara sepeda motor yang kamu tabrak tersebut menjadi anak
yatim lalu hidup empat Orang anak yatim tersebut jadi sengsara.” Jelas
Malaikat.
“Lha kan saya
juga meninggal wahai Malaikat? Jadi impaskan?“ bantah Budi lagi.
“Bukan impas,
justru kamu lah yang menyebabkan kecelakaan tersebut sehingga Orang yang kamu
tabrak tersebut justru sekarang sudah masuk surga karena disamping amal
ibadahnya banyak. Ditambah dengan meninggal karena kamu tabrak tersebut dia
termasuk kamu bunuh lewat kecelakaan sehingga dosanya dihapus Tuhan.” Jelas
Malaikat lagi.
“Saya sangat
menyelas wahai Malaikat, padahal saya hanya ikut-ikutan saja karena melihat
Orang berkendaraan melawan harus lebih cepat sampai maka saya coba juga.” Sesal
Budi.
“Justru hidup
tidak boleh ikut-ikutan karena Tuhan sudah memberikan tuntunan hidup dari Kitab
suci yang tidak pernah salah dan selalu sesuai dengan semua zaman.” jelas
Malaikat lagi
“Jadi berapa
lama saya harus memegang buku catatan warna merah ini baru diganti menjadi
berwana hijau wahai Malaikat?” tanya Budi.
“Kira-kira
dua puluh tahun.” Jawab malaikat
“Lho kenapa
lama sekali?” Protes Budi
“Hampir sama
dengan hukuman Orang menyebabkan Orang lain meninggal duniakan?” jawab Malaikat
lagi.
“Baiklah
wahai Malaikat, saya sangat menyesal sekali.” Jawab Budi penuh penyesalan.
Berikutnya
Malaikat memanggil seorang lagi yang juga tidak mau meneriman catatan berwarna
merah karena merasa sangat yakin akan masuk surga.
“Condro bin
Fulan, ini buku catatan kamu! Panggil Malaikat
“Saya juga
protes wahai Malaikat. Karena saya merasa amal ibadah dan amal kebaikan saya
jauh lebih banyak dari dosa dan keburukan saya, malah saya merasa belum pernah
dengan sengaja berbuat dosa atau melalaikan perintah Tuhan.” Jelas Condro
“Ya catatan
kebaikan kamu memang bagus, malah kamu anak yang sangat berbakti kepada kedua
orang tuamu serta jadi teladan buat adik-adik kamu.” Jelas Malaikat.
“Lha kalau
begitu seharusnya saya langsung menerima buku cacatan warna hijau dong? Apalagi
kata ajaran ustadz saya Surga itu dibawah telapak kaki ibu dan saya sangat
sayang serta berbakti kepada Ibu.” Jawab Condro lagi.
“Iya tapi
karena kebiasaan kamu ada orang yang seharusnya bisa diselamatkan dan bisa
cepat sampai di rumah sakit jadi tidak bisa diselamatkan gara-gara kamu.” Jelas
Malaikat lagi.
“Saya merasa
tidak pernah menghambat ambulan yang membawa Orang sakit wahai Malaikat.”
Sanggah Condro.
“Menghambat
secara langsung memang tidak pernah, tetapi karena kamu sering pakirkan sepeda
motor kamu di tengah jalan underpass waktu berteduh dari hujan sehingga jalanan
jadi macet. Dari catatan saya beberapa kali ambulan yang sedang membawa orang
sakit terlambat sampai di unit gawat darurat Rumah sakit gara-gara tindakan
kamu dan teman-teman kamu parkir ditengah jalan tersebut.” Jelas Malaikat.
“Saya
benar-benar menyesal wahai Malaikat, saya tidak tahu bahwa ada Orang yang bisa
celaka dan tidak dapat diselamatkan gara-gara hal sepele tersebut.” Sesal
Condro dengan sedih.
“Justru
karena itu maka buku catatan kamu harus kami beri buku merah dulu, sampai kamu
selesai menjalankan hukuman akibat keteledoran kamu di dunia dulu itu.” Jawab
Malaikat lagi.
“Berapa lama
buku catatan saya diganti dengan buku catatan berwarna hijau wahai Malaikat?”
tanya Condro.
“Sepuluh tahun
baru kami ganti dengan buku catatan berwarna hijau, sama seperti hukuman di
dunia Orang-Orang yang akibat kelalaiannya Orang meninggal dunia.” Jelas
Malaikat lagi.
“Padahal
kalau saya tidak pernah parkir di tengah jalan sewaktu hujan dan berteduh, saya
akan langsung masuk surga ya wahai Malaikat? Tanya Condro.
“Benar
sekali.” Jawab Malaikat.
“Saya
benar-benar menyesal wahai Malaikat, padahal waktu itu saya bisa parkir
dipinggir. Kenapa saya jadi ikutan Orang-Orang yang parkir ditengah jalan itu?
Kembali Condro menyesali dirinya.
“Sesal memang
datangnya kemudian Condro, makanya ketika di dunia dulu kamu harusnya banyak
introspeksi diri sehingga tidak merasa benar saja.” jelas Malaikat lagi.
Dengan
tertunduk sedih Condro akhirnya menerima buku catatan berwarna merah tersebut.
Lalu Malaikat
memanggil Orang keempat yang tidak mau menerima begitu saja buku catatannya
berwarna merah tersebut.
“Dandi bin
Fulan, ini buku catatan kamu!” panggil Malaikat kepada Dandi.
“Wahai
Malaikat, kenapa buku catatan saya berwarna merah? Padahal saya meninggal usia
muda dan belum banyak berbuat dosa bahkan bercita-cita ingin menjadi jenderal
yang baik dan taat beragama. Saya ingin jadi jenderal yang baik yang jujur dan
jadi teladan banyak Orang seperti jendral Hoegeng tapi tidak kesampaian.”
Protes Dandi.
“Memang niat
baik kamu sudah kami catat sebagai amal kebaikan, tetapi waktu muda tersebut
kamu sering menerobos lampu merah dan menerobos jalur bus way lalu ditangkap
polisi.” Jelas Malaikat.
“Lalu apa
salah dan dosa saya wahai Malaikat? Tidak satupun perintah Tuhan yang saya
abaikan dan tidak satupun larangan Tuhan yang saya kerjakan.” Sanggah Dandi.
“Iya waktu
kamu menerobos lampu merah dan menerobos jalur busway lalu kamu di setop oleh
polisi kamu selalu menyuap polisi kan? “ tanya Malaikat.
“Benar wahai
malaikat, tapi apa salahnya? Kan sama-sama suka dan dari pada merepotkan
serta membuang waktu harus sidang
pelanggaran lalu lintas, saya tidak ada waktu.” Jelas Dandi.
“Pertama
kesalahan kamu adalah memberi suap atau uang yang haram kepada petugas polisi
tersebut padahal seharusnya polisi tersebut bisa memberikan anak istrinya
dengan uang halal. Kedua kamu bercita-cita menjadi jenderal yang jujur tetapi
kamu sudah memulainya dengan perbuatan tidak jujur. Ketiga kamu meninggal
karena kecelakaan akibat menerobos lampu merah itu sama hukumannya dengan orang
yang mati bunuh diri karena sudah tahu berbahaya tapi kamu tempuh juga.” Jelas
Malaikat.
“Wah kok
separah itu akibatnya wahai Malaikat? Tanya Dandi
“Memang iya,
bahkan sopir yang menabrak kamu sampai meninggal tersebut masuk penjara dan
anak istrinya jadi sengsara karena tidak ada yang memberi nafkah mereka.” Jelas
Malaikat lagi.
“Kenapa Sopir
itu masuk penjara Malaikat? Kan saya yang salah? Kalau saya tidak meninggal
karena kecelakaan tersebut maka saya akan bela sopir truk tersebut.” Jelas
Dandi lagi
“Ya begitulah
hukum dunia tidak ada yang benar-benar adil” jelas Malaikat lagi.
“Kenapa saya
tidak diberi kesempatan berusia panjang dan jadi jenderal yang baik kayak pak
Hoegeng wahai Malaikat? Tanya Dandi lagi.
“Kamu tidak
mungkin jadi jenderal yang baik dan jujur karena hari-hari kamu sering
dimarahin dan ditangkap oleh kopral polisi anak buahnya pak Hoegeng.” Jelas
Malaikat lagi.
“Saya
benar-benar menyesal wahai Malaikat.” Sesal Dandi lagi
“Simpanlah
sesal kamu itu sepuluh tahun sampai buku catatan kamu nanti kami ganti dengan
buku catatan berwarna hijau.” Kata Malaikat lagi.
Dengan saling
berpandangan dan penyesalan yang dalam Arif, Budi, Condro dan Dandi melangkah
sambil memegang buku catatan berwarna merah menuju neraka. Malaikatpun melihat
dengan sedih Orang-Orang yang sangat yakin langsung masuk surga tersebut jalan
sambil tertunduk penuh arti sambil berkata.
“Makanya
seharusnya waktu di dunia kalian lebih banyak menghindar dari keburukan dan
dosa karena Tuhan memerintahkan untuk mendahulukan atau prioritaskan menghindar
dari kejehatan dan dosa”
Selamat
menikmat
Jakarta, 18
Oktober 2015
Dedi Mahardi
Rabu, 14 Oktober 2015
Buku Integritas bangsaku~ dulu, kini dan nanti Segera terbit oleh Elexmedia Gramedia
"Memotong satu generasi untuk membuat bangsa ini lebih baik sepertinya bukan solusi karena banyak generasi mudah sudah terkontaminasi. Yang dapat dilakukan adalah melahirkan dan membangun Character integrity dengan cara :
1.Selalu ingat Tuhan dan tujuan hidup di dunia yang sementara.
2.Tanggung jawab setiap orang tua kepada Tuhan untuk menjadikan anaknya selain sukses juga berkarakter dan berintegritas atau taat dengan cara memberikan keteladanan.
3.Berusaha selalu jujur pada diri sendiri, kepada Tuhan dan kepada Orang lain.
4.Berusaha lebih banyak berbuat dari pada bicara dan lempar wacana terutama pemimpinnya.
5.Memasyarkatkan hidup bermasyarakat yang lebih bangga dan bahagia dengan sederhana dari pada kaya tapi diragukan asal kekayaannya.
6.Berusaha selalu membela kebenaran dan tidak mendiamkan kezaliman.
7.Selalu berusaha bermanfaat buat orang lain karena kecurangan sering muncul akibat egois mencari keuntungan sendiri. Gunakan filosofi pohon pisang yang berpantang mati sebelum berbuah walau ditebas berkali-kali"
Demikian...terima kasih
best Regard
dedi mahardi
Langganan:
Postingan (Atom)